Sabtu, 25 Februari 2012

Bukit Asam siap operasikan PLTU


JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam siap mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Enim, April mendatang. PLTU ini merupakan salah satu dari tiga proyek PLTU yang tengah digarap oleh Bukit Asam.
Hananto Budi Laksono, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam mengatakan, modal yang disiapkan perusahaan untuk menggarap ketiga proyek ini mencapai US$ 313,1 juta. “Capital expenditure (capex) kami secara garis besar memang terbagi menjadi dua. Yakni untuk kegiatan rutin sebanyak 10% dari total belanja modal, lalu untuk pengembangan 90% dari total belanja modal," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (23/2).
Menurutnya, pembiayaan PLTU tersebut sudah dianggarkan sejak tahun lalu dan akan digelontorkan hingga beberapa tahun ke depan. Rinciannya, PLTU Tanjung Enim yang memiliki kapasitas 3x10 megawatt (MW) akan menelan investasi sekitar US$ 41,4 juta.
Setelah PLTU Tanjung Enim beroperasi, Bukit Asam juga terus melanjutkan pembangunan PLTU Banjar Sari. Pembangkit ini memiliki kapasitas 2x110 MW. Adapun total biaya yang digelontorkan Bukit Asam untuk PLTU Banjar Sari mencapai US$ 239 juta. “PLTU Banjar Sari memang kapasitasnya lumayan besar. Ini kami targetkan selesai pada 2014 nanti. Jadi pembiayaannya pun akan terus bergulir sampai 2014 nanti,” ujarnya.
PLTU ketiga akan dibangun di wilayah Tarahan, Lampung, dengan kapasitas 2x8 MW. Bukit Asam mengalokasikan modal US$ 32,7 juta untuk menggarap proyek tersebut. Menurut Hananto, PLTU ini sudah memasuki tahap konstruksi dan diharapkan selesai pada 2013 nanti.
Catatan saja, total capex Bukit Asam tahun ini mencapai Rp 4 triliun. Jumlah tersebut sudah termasuk pembiayaan rutin dan pembiayaan railway yang dikerjakan anak perusahaannya, PT Bukit Asam Transpacific Railway (BATR). Dalam proyek rel kereta api ini, BATR menguasai saham 10%, PT Transpacific Railway Infrastructure 80%, dan China Railway Engineering Group 10%.
Saat ini, pembangunan railway yang menghubungkan Bukit Asam dengan Pelabuhan Baru di Lampung sepanjang 307 kilometer (km) tersebut masih dalam proses pembebasan lahan. “Pembebasan lahan masih dilakukan untuk railway yang kami bangun melalui Bukit Asam Transpacific Railway," tutup Hananto.